Home » , , » Dunia Butuh Pembuktian Sukhoi

Dunia Butuh Pembuktian Sukhoi


Headline
sergeydolya.livejournal.com
Oleh: Muhammad haikalul furqan
web - Minggu, 13 Mei 2012 | 07:01 WIB

Diberdayakan oleh Terjemahan
artikelkini.blogspot.com, Jakarta - Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia di Gunung Salak, Bogor mengejutkan dunia penerbangan global. Muncul pertanyaan, seberapa jauh kualitas Sukhoi dibandingkan produk lain?
Pesawat Rusia yang ditawarkan kepada sejumlah negara berkembang ini dianggap menjadi pesaing utama MA 60, pesawat produksi Xian Aircraft China. Pesawat komersial Rusia dan China itu kualitasnya hampir sama. Jika dibandingkan dengan pesawat buatan Amerika dan Eropa, beberapa sistemnya konon dinilai lebih baik.
Namun dibandingkan dengan pemasaran Boeing, Amerika, jelas Sukhoi masih berada di bawah. Xian Aircraft China dan Sukhoi Rusia saling bersaing, namun tidak dengan Boeing Amerika dan Airbus Eropa yang jauh lebih memasar di tingkat global.
Ada pendapat bahwa Sukhoi bahkan lebih unggul pada beberapa sistem seperti otomasi gerak pesawat dan kontrol. Begitu juga dengan Xian. Bahkan para analis menyebutkan, auxiliary power unit, sistem pendaratan dan kapabalitasnya, Xian lebih baik. Namun di tingkat global, masyarakat internasional lebih memilih Boeing ketimbang Sukhoi dan Xian yang belum banyak dipakai dalam penerbangan internasional.
Harus diakui, pengalaman profesional Rusia dan China dalam pembuatan pesawat komersial jelas belumlah sehebat dan sekelas Amerika Serikat. Sukhoi maupun Xian masih dalam proses pembentukan jatidiri menuju profesionalisme dirgantara kelas dunia dan butuh waktu lama untuk membuktikannya.
Kebangkitan industri pesawat komersial Rusia baru dimulai sejak 2000. Tujuh tahun kemudian, lahir Sukhoi Superjet 100. Pada 2008, pesawat ini melakukan uji coba terbang disusul terbang perdana pada rute komersial dari Yereven ke Moskow pada 21 April 2011. Bahkan Sukhoi menggandeng Boeing asal Amerika Serikat sebagai konsultan untuk pemasaran, manajemen desain, sertifikasi, manufaktur dan program dukungan purnajual.
Pesawat ini juga dilengkapi berbagai komponen buatan Prancis dan Inggris. Hasilnya, Sukhoi yang dijual dengan harga US$32 juta (setara Rp288 miliar) ini diklaim lebih irit bahan bakar 10 persen ketimbang pesawat di kelasnya.
Sedangkan China, mulai mengembangkan industri pesawat komersial pada 1980 melalui Xian Aircraft Company, cikal bakal produsen pesawat militer sejak 1958, mengembangkan pesawat penumpang. Xian juga mengajak Boeing sebagai konsultan dan berbagai perusahaan pesawat asal Kanada, Italia, Prancis, serta Jerman.
Dalam konteks Indonesia, Sukhoi dan Xian baru menancapkan jejaknya, masih jauh tertinggal dari Boeing dan Airbus yang sudah lebih lama mewarnai dunia penerbangan Indonesia.
Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak, menyulitkan kiprah Sukhoi untuk melebarkan sayap pemasarannya di sini karena terjadi pro-kontra di ruang publik mengenai perlu tidaknya membeli Sukhoi.
Bagi Sukhoi maupun Xian masih harus bekerja keras untuk menyamai kualitas pesawat Boeing (AS). Dengan musibah Sukhoi di Gunung Salak, hampir pasti butuh waktu dan energi lebih banyak untuk meyakinkan publik Indonesia agar mau memakai pesawat ini bagi penerbangan nasional.
Kepastian untuk itu sulit didapatkan selama Sukhoi lebih sering menyodorkan ketidakpastian dalam hal keselamatan dan kenyamanan. Pada akhirnya, karena kualitas Sukhoi maupun Xian secara internasional belum diakui sehebat Boeing dan Airbus, mungkin hanya maskapai-maskapai marginal yang mau membelinya. [berbagai sumber]
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Artikel Kini - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger